Kemendikbudristek Gandeng Mitra Teknologi Untuk Transformasi Pendidikan
DelikAsia.com, (Bali) | Di era digital, teknologi berperan penting dalam transformasi sistem pendidikan di Indonesia. Dalam simposium internasional Gateways Study Visit Indonesia 2024 di Bali pada Kamis (3/10), Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek, Suharti, menyatakan bahwa selama lima tahun terakhir, kementerian bersama berbagai pemangku kepentingan telah mencapai target dalam meningkatkan akses dan kualitas pendidikan, terutama dalam pemanfaatan teknologi.
“Teknologi diperlukan untuk melakukan perubahan masif di sektor pendidikan. Kuncinya adalah menempatkan teknologi sebagai bagian dari intervensi, bukan produk akhir,” ungkap Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek, Suharti. Dalam konteks ini, kolaborasi yang berkesinambungan dianggap penting untuk memimpin arah perubahan yang inovatif dan akuntabel dalam pendidikan.
Kemendikbudristek bekerja sama dengan mitra teknologi untuk mengembangkan solusi bagi aktor pendidikan. Dua langkah awal dalam mensinergikan kebijakan dan teknologi meliputi pengusungan tujuan bersama yang kuat agar tim teknologi dapat menghadirkan ide dan pengembangan sesuai objektif. Selanjutnya, kolaborasi dilakukan dengan pemerintah daerah, industri, masyarakat, LSM, dan kontributor lainnya, dengan harapan solusi teknologi dapat mengatasi akar masalah yang dihadapi penyelenggara pendidikan.
Materi pembelajaran dan praktik baik ini menjadi fokus diskusi peserta delegasi dari 20 negara dan 9 organisasi internasional dalam sesi World Cafe. Mereka menggarisbawahi pentingnya pengelolaan teknologi, kolaborasi, dan kepemimpinan dalam transformasi pendidikan Indonesia. Delegasi dari Finlandia dan Singapura menekankan urgensi kesamaan misi dan tujuan dalam mendukung kolaborasi tersebut.
Dalam sesi Lesson Learned di Gateways Study Visit Indonesia 2024, Claudia Wang, Partner dan Education Lead Oliver Wyman Asia Pasifik, menyatakan bahwa Indonesia telah menerapkan pendekatan unik berbasis teknologi untuk mengatasi berbagai tantangan pendidikan. Proses ini dimulai dengan menggali akar masalah, menentukan aktor pendorong transformasi, dan memilih teknologi yang tepat, hingga merencanakan keberlanjutan.
Pemikiran ini menjadi dasar pembuatan ekosistem teknologi pendidikan, termasuk Platform Merdeka Mengajar, Rapor Pendidikan, ARKAS, dan SIPLah.
“Ketika mereformasi pendidikan, kita juga perlu mentransformasi ekosistem untuk menciptakan dampak positif yang lebih besar. Biasanya, negara membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk sukses dalam transformasi ini, tetapi Indonesia sudah melakukannya,” ujar Claudia.
Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kemendikbudristek, Anindito Aditomo, mengungkapkan bahwa transformasi pendidikan bukanlah hal yang mudah. Dalam mendorong perubahan, diperlukan upaya ekstra untuk mengubah pola pikir para aktor melalui komunikasi yang berkelanjutan. Selama tiga tahun pelaksanaan Kurikulum Merdeka, Indonesia mencatat peningkatan kualitas literasi dan numerasi dengan skor 7.15, lebih baik dibandingkan dengan Kurikulum 2013. Meski demikian, strategi lanjutan masih diperlukan untuk mengurangi kesenjangan kualitas pendidikan.
“Transformasi ini seperti berjalan menuju tujuan. Jika salah arah, tidak masalah untuk berjalan perlahan, asalkan jalan yang diambil benar,” kata Anindito.
Penyelenggaraan Gateways Study Visit Indonesia 2024 mendapat apresiasi dari Gateways Lead UNESCO, Mark West, yang menyebutkan acara ini dikemas dengan menyenangkan dan detail, memantik partisipasi aktif semua peserta.
Menutup acara simposium internasional, Gateways Lead UNICEF, Frank van Cappelle, menekankan bahwa transformasi pendidikan adalah pekerjaan berkelanjutan yang tidak akan pernah selesai. “Apa yang kita pelajari dari satu sama lain saat ini harus menjadi pembelajaran untuk melakukan transformasi pendidikan digital bersama-sama,” pungkasnya.[FAR/**]
Pos terkait
Pos Terbaru
Tidak ada komentar