DelikAsia.com, (Jakarta) | Hama tikus telah lama menjadi ancaman serius bagi hasil pertanian, khususnya tanaman padi. Meskipun pengendalian hama tikus menjadi prioritas, keterlambatan dalam pelaksanaannya seringkali berdampak buruk pada hasil panen. Menurut Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan), Rachmat, pengendalian hama tikus harus dilakukan secara terkoordinasi, dengan pendekatan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Dalam pernyataan yang disampaikan di Jakarta pada Kamis, 13 Februari 2025, Rachmat menegaskan pentingnya tindakan preventif yang dilakukan secara serentak di area yang luas. Salah satu kendala yang dihadapi para petani adalah pengendalian yang dilakukan setelah serangan tikus sudah mencapai puncaknya. Oleh karena itu, Kementan mengajak untuk mengubah pola pengendalian yang lebih reaktif menjadi lebih preventif.
“Pengendalian tikus dengan berbagai kombinasi ada 10 jurus jitu. Jurus ini menekankan pada cara-cara preventif karena biasanya penyelamatan pertanaman kadang terlambat disebabkan pengendalian dilakukan setelah terjadi serangan yang tinggi. Untuk itu, mulai sekarang mari kita rubah pola seperti itu,” ujar Rachmat.
Berikut adalah 10 jurus jitu dalam pengendalian hama tikus yang disarankan Kementan:
Sanitasi Lingkungan: Pembersihan rumput dan semak belukar, terutama di pematang sawah, untuk mengurangi tempat persembunyian tikus.
Aroma Menyengat: Menyebarkan bahan alami yang memiliki aroma menyengat, seperti fermentasi urine sapi atau kambing, untuk mengusir tikus.
Gropyokan: Kegiatan gotong royong untuk membasmi hama tikus yang dilakukan petani dengan cara tradisional untuk mengurangi populasi tikus sebelum tanam.
Pengairan Pematang: Mengguyur lubang aktif tikus dengan air atau lumpur untuk membasmi mereka yang bersembunyi.
Bubu Perangkap (Trap Barrier System): Teknik pengendalian dengan perangkap yang dapat menangkap tikus secara terus-menerus selama musim tanam.
Pengemposan: Mengisi lubang-lubang tikus dengan belerang alami untuk mengusir atau membunuh tikus yang ada di dalamnya.
Rumah Burung Hantu (Rubuha): Membuat rumah burung hantu yang berfungsi sebagai musuh alami tikus untuk mengendalikan populasi mereka.
Umpan Alami: Membuat umpan dari campuran ubi gadung, kulit kamboja, ragi tape, ikan, dan bekatul yang efektif dalam menjebak tikus.
Melindungi Ular Sawah: Tidak membunuh ular sawah karena ular merupakan musuh alami tikus yang dapat membantu mengurangi populasi mereka.
Menghindari Jebakan Listrik: Menolak penggunaan jebakan listrik karena selain membahayakan tikus, cara ini juga dapat berisiko bagi keselamatan manusia.
Rachmat juga menjelaskan bahwa tikus merupakan hama utama tanaman padi yang dapat menyebabkan kerusakan signifikan pada hasil pertanian. Tikus sawah (Rattus argentiventer) memiliki kemampuan berkembang biak yang sangat cepat, dengan satu pasangan tikus dapat menghasilkan hingga 2.000 ekor dalam setahun.
Penerapan pengendalian yang tepat dan preventif diharapkan dapat menurunkan kerusakan tanaman dan menjaga stabilitas produksi padi di Indonesia.[Safar]
Tidak ada komentar