x

Kemenhub Adakan FGD Mitigasi Kenavigasian Terkait Potensi Gempa Megathrust

waktu baca 4 menit
Rabu, 16 Okt 2024 23:39 0 23 Redaksi

DelikAsia.com, (Purwokerto) | Maraknya isu tentang potensi gempa Megathrust di wilayah perairan Indonesia yang dapat berujung pada tsunami mengkhawatirkan banyak pihak. Dampak dari bencana ini berpotensi membahayakan keamanan dan keselamatan pelayaran.

Dalam menghadapi ancaman tersebut, penting bagi semua pihak untuk mengambil langkah proaktif. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menekankan perlunya persiapan matang guna mencegah risiko kerugian sosial dan korban jiwa. Upaya kolaboratif antara pemerintah, pelaku industri maritim, dan masyarakat menjadi kunci dalam mitigasi risiko bencana.

Kemenhub mengajak semua stakeholder untuk bersinergi dalam merumuskan strategi dan tindakan yang efektif demi menjaga keselamatan pelayaran di perairan Indonesia.

Dalam upaya meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi gempa Megathrust, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan mengadakan Focus Group Discussion (FGD) Mitigasi Aspek Kenavigasian. Kegiatan ini berlangsung di Hotel Aston Purwokerto pada Rabu (16/10) dan diselenggarakan oleh Distrik Navigasi Kelas III Tanjung Intan Cilacap.

FGD ini bertujuan merumuskan strategi mitigasi yang efektif untuk melindungi keselamatan pelayaran dan masyarakat di wilayah pesisir dari risiko bencana alam.

Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Capt. Antoni Arif Priadi dalam arahannya menyampaikan bahwa langkah utama untuk mengantisipasi dampak jika terjadi gempa megathrust adalah adanya mitigasi yang terencana dengan baik dan efektif. Langkah ini tidak hanya akan melindungi keselamatan pelayaran, tetapi juga menjaga keberlanjutan ekonomi maritim Indonesia, serta memberikan keamanan bagi masyarakat pesisir yang menggantungkan hidupnya pada laut.

“Tanpa langkah mitigasi yang memadai, keselamatan pelayaran di wilayah-wilayah strategis kita akan sangat terganggu. Begitu juga ekonomi maritim Indonesia, yang menjadi tulang punggung bagi perdagangan dan logistik antar pulau dan internasional, juga akan terkena dampak serius. Kondisi ini dikarenakan adanya gangguan pada rantai logistik mengingat banyaknya pelabuhan dan jalur pelayaran kita berada di kawasan yang rentan terhadap bencana ini,” ujar Capt. Antoni.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Kenavigasian, Capt. Budi Mantoro saat membuka FGD mengatakan bahwa letak geografis Indonesia yang berada pada lempeng tektonik dunia dapat memicu terjadinya gempa megathrust. Tentunya ini bukan situasi yang menguntungkan bagi kita mengingat potensi dari gempa megathrust dapat berdampak pada tsunami yang sangat membahayakan semua aspek kehidupan termasuk ancaman terhadap keamanan dan keselamatan pelayaran.

“Tentunya kita semua tidak berharap dan tidak ingin peristiwa kelam yang pernah terjadi beberapa tahun silam di Indonesia akibat bencana gempa dapat terulang kembali,” kata Capt Budi Mantoro.

Terkait dengan hal ini, maka guna mengantisipasi dampak dari potensi gempa megathrust diperlukan upaya mitigasi dan kesiapsiagaan kita semua. Untuk itu kegiatan FGD ini merupakan salah satu bentuk partisipasi Direktorat Jenderal Perhubungan Laut melalui Distrik Navigasi Tipe A Kelas III Tanjung Intan dalam menyikapi potensi gempa tersebut.

Sementara itu, Kepala Distrik Navigasi Tipe A Kelas III Tanjung Intan, Cilacap, Dian Nurdiana dalam laporannya mengatakan bahwa Distrik Navigasi Tanjung Intan memiliki peran strategis dalam mendukung aspek keselamatan pelayaran di wilayah perairan selatan Indonesia. Wilayah kerjanya mencakup Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) yang terdiri dari menara suar, rambu suar, dan pelampung suar, yang menjadi panduan vital bagi kapal-kapal yang melintasi jalur-jalur strategis.

“Pada tahun 2023 saja, pihaknya telah memantau sekitar 1.500 kapal passing dan 1.800 kapal visit melalui Stasiun Radio Pantai (SROP) di Cilacap, Pacitan, dan fasilitas milik Pertamina Trans Kontinental. Selain itu, Distrik Navigasi Tanjung Intan juga bertanggung jawab mengawasi Terminal Khusus (Tersus) dan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) yang tersebar mulai dari pesisir Selatan Banten hingga Pacitan, Jawa Timur,” jelas Dian.

Terkait hal ini, maka melalui FGD kali ini diharapkan dapat merumuskan rekomendasi kebijakan dan Standar Operasional Prosedur (SOP) keselamatan navigasi pelayaran dalam menghadapi potensi gempa megathrust, menetapkan langkah-langkah mitigasi (pra/pasca megathrust) yang tepat guna memastikan normalisasi pelayanan jasa keselamatan pelayaran dapat berjalan normal, meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan, serta memperkuat kolaborasi seluruh stakeholder terkait dalam merespon apabila potensi gempa megathrust terjadi.

Sebagai informasi, FGD ini diikuti seluruh stakeholder di bidang pelayaran di wilayah Kabupaten Cilacap, dan menghadirkan narasumber yang kompeten dan ahli di bidangnya baik dari regulator, praktisi, maupun akademisi, yakni Kepala Stasiun Geofisika Kelas III Banjarnegara Hery Susanto Wibowo, Kepala Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi – Badan Riset dan Inovasi Nasional Prof. Yusuf Nur Wijayanto, Praktisi Pelayaran Capt. Indra Priyatna, dan Kepala Subdirektorat Perencanaan Teknis Kenavigasian Nanditya Darma Wardhana.[SAFAR/**]

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

x